Terapi Sinar dan Transfusi Tukar
A. TERAPI SINAR
Mekanisme
kerja
Bilirubin tidak larut dalam air. Cara kerja terapi sinar
adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk
dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya,
terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. Juga terdapat konversi ireversibel
menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan
dari plasma melalui empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin
akibat terapi sinar pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak
terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole
yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan
bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu. Hanya
produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
Terapi
sinar konvensional
Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm. Intensitas
cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm. Cahaya diberikan pada jarak
35-50 cm di atas bayi. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8
buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes. Cahaya biru
khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru, walaupun pada
bayi yang sehat, hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan. Untuk mengurangi
efek ini, digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi
sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian
samping unit.
Indikasi:
Tabel 2. Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
Usia
|
Bayi Cukup Bulan
Sehat
|
Dengan Faktor Risikoa
|
||
|
mg/dL
|
µmol/l
|
mg/dL
|
µmol/l
|
Hari ke-1
|
Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb
|
|||
Hari ke-2
|
15
|
260
|
13
|
220
|
Hari ke-3
|
18
|
310
|
16
|
270
|
Hari ke-4 dan seterusnya
|
20
|
340
|
17
|
290
|
a faktor risiko meliputi: bayi kecil (berat lahir < 2,5
kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu), hemolisis dan sepsis.
b Bila
kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada
lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai
ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar
Tabel 3. Indikasi
Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11
Berat Badan (gr)
|
Kadar Bilirubin
(mg/dL)
|
< 1000
|
Fototerapi dimulai dalam usia 24 jam pertama
|
1000 – 1500
|
7 – 9
|
1500 – 2000
|
10 – 12
|
2000 – 2500
|
13 – 15
|
Teknik terapi sinar :
Persiapan Unit Terapi sinar7
·
Hangatkan ruangan
tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga suhu di bawah lampu
antara 38 0C sampai 30 0C.
·
Nyalakan mesin dan
pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
·
Ganti tabung/lampu
fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering):
o
Catat tanggal
penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
o
Ganti tabung setelah
2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi.
·
Gunakan linen putih
pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit
terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.
Pemberian Terapi sinar7
·
Tempatkan bayi di bawah
sinar terapi sinar. (Gambar 3)
o
Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam
keadaan telanjang pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam
inkubator.
o
Letakkan bayi sesuai
petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang
hidung bayi tidak ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan
selotip.
·
Balikkan bayi setiap 3
jam
·
Pastikan bayi diberi
makan:
o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang
setiap 3 jam:
- Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata
- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain
(contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
o Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah),
tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari (tabel 3)
selama bayi masih diterapi sinar .
o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan
bayi dari sinar terapi sinar .
Gambar 3. Bayi dalam Unit Terapi sinar
·
Perhatikan: selama
menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan
berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
·
Teruskan terapi dan tes
lain yang telah ditetapkan:
o
Pindahkan bayi dari
unit terapi sinar hanya untuk melakukan
prosedur yang tidak bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar .
o
Bila bayi sedang
menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar
sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah
dan bibir biru)
·
Ukur suhu bayi dan suhu
udara di bawah sinar terapi sinar setiap
3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan
atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C -
37,5 0C.
·
Ukur kadar bilirubin
serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
o
Hentikan terapi sinar
bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL
o
Bila kadar bilirubin
serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4), persiapkan
kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau
senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
·
Bila bilirubin serum
tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar
setelah 3 hari.
·
Setelah terapi
sinar dihentikan:
o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
(tabel 1)
o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi
sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini
pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil
pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk
memulai terapi sinar.
·
Bila terapi sinar sudah
tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain
selama perawatan, pulangkan bayi.
·
Ajarkan ibu untuk
menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah
kuning.
Komplikasi Terapi Sinar7
Komplikasi terapi sinar umumnya ringan, sangat jarang terjadi dan reversibel.
Tabel 4. Komplikasi terapi sinar
Kelainan
|
Mekanisme yang
mungkin terjadi
|
Bronze baby syndrome
|
Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin
|
Diare
|
Bilirubin indirek menghambat laktase
|
Hemolisis
|
Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi eritrosit
|
Dehidrasi
|
Bertambahnya Insensible
Water Loss (30-100%) karena menyerap energi foton
|
Ruam kulit
|
Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast kulit dengan
pelepasan histamin
|
Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas terapi sinar1:
Intensitas radiasi, kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang
terpapar. Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm. Terdapat hubungan antara
dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai. Hal ini bisa
dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 mW/cm2 per nm cahaya yang sesuai. Di atas titik saturasi,
peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa.
Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin,
tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 mmol/l. Penurunan sebanyak 50% dapat dicapai dalam 24 jam
dengan kadar bilirubin >15 mg/dL menggunakan cahaya biru yang memiliki
spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin.
Faktor lain adalah usia bayi, umur gestasi, berat badan
dan etiologi ikterus. Terapi sinar
paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak
efektif untuk bayi matur yang sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat
berat) dengan peningkatan hematokrit. Selain itu, makin tinggi kadar bilirubin
pada saat memulai fototerapi, makin efektif.
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat,
sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan
kuadrat jarak), lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan
fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat. Idealnya,
semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi
sinar intensif.
B. TRANFUSI TUKAR
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah
kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah
yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita
tertukar (Friel, 1982).
Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya
ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari
sirkulasi. Pada bayi dengan isoimunisasi, transfusi tukar memiliki manfaat
tambahan, karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi.
Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia.
Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12
1. Darah yang digunakan golongan O.
2. Gunakan darah baru (usia < 7 hari), whole blood. Kerjasama dengan dokter
kandungan dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang
membutuhkan tranfusi tukar.
3. Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah
disiapkan sebelum persalinan, harus golongan O dengan rhesus (-), crossmatched terhadap ibu. Bila darah
disiapkan setelah kelahiran, dilakukan juga crossmatched
terhadap bayi.
4. Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus
golongan O, rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang
mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B. Biasanya menggunakan
eritrosit golongan O dengan plasma AB, untuk memastikan bahwa tidak ada
antibodi anti A dan anti B yang muncul.
5. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah
donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu.
6. Pada hiperbilirubinemia yang nonimun, darah donor
ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasien/bayi.
7. Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume
darah (2 volume exchange) ---- 160
mL/kgBB, sehingga diperoleh darah baru sekitar 87%.
Teknik Transfusi Tukar
a. SIMPLE
DOUBLE VOLUME. Push-Pull tehnique : jarum infus dipasang melalui kateter vena umbilikalis/ vena saphena
magna. Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantian.
b. ISOVOLUMETRIC. Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui
arteri umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang
sama.
c. PARTIAL
EXCHANGE TRANFUSION. Tranfusi tukar
sebagian, dilakukan biasanya pada bayi dengan polisitemia.
Di Indonesia, untuk kedaruratan, transfusi tukar pertama menggunakan
golongan darah O rhesus positif.
Pelaksanaan tranfusi tukar:
1. Personel. Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk
membantu persiapan, pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita.
2. Lokasi. Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi
dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat, alat monitor dan resusitasi
yang lengkap serta terjaga
sterilitasnya.
3. Persiapan
Alat.
a. Alat dan obat-obatan resusitasi lengkap
b. Lampu pemanas dan alat monitor
c. Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain
penutup steril
d. Masker, tutup kepala dan gaun steril
e. Nier
bekken (2 buah) dan botol kosong, penampung
darah
f. Set tranfusi 2 buah
g. Kateter umbilikus ukuran 4, 5, 6 F sesuai berat lahir bayi
atau abbocath
h. Three
way stopcock semprit 1 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL,
masing-masing 2 buah
i. Selang pembuangan
j. Larutan Calsium glukonas 10 %, CaCl2 10 % dan NaCl
fisiologis
k. Meja tindakan
Indikasi
Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan
melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia. Indikasi transfusi tukar
berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5.
Tabel
5. Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
Usia
|
Bayi Cukup Bulan
Sehat
|
Dengan Faktor Risiko
|
mg/dL
|
mg/dL
|
|
Hari ke-1
|
15
|
13
|
Hari ke-2
|
25
|
15
|
Hari ke-3
|
30
|
20
|
Hari ke-4 dan seterusnya
|
30
|
20
|
Bila
transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa
dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain, dan kadar bilirubin bayi telah
mencapai kadar di atas, sertakan contoh darah ibu dan bayi.
Tabel 6. Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11
Berat Badan (gram)
|
Kadar Bilirubin (mg/dL)
|
< 1000
|
10 – 12
|
1000 – 1500
|
12 – 15
|
1500 – 2000
|
15 – 18
|
2000 – 2500
|
18 – 20
|
Keterangan:
Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada
indikasi:
a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL dan
kadar Hb < 11 gr/dL
b. Kadar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam
walaupun sedang mendapatkan terapi sinar
c. Selama terapi sinar bilirubin meningkat > 6
mg/dL/12jam dan kadar Hb 11 – 13 gr/dL
d. Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar
bilirubin dapat dikontrol secara adekuat dengan terapi sinar
Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi:
-
Emboli (emboli, bekuan
darah), trombosis
-
Hiperkalemia,
hipernatremia, hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia
-
Gangguan pembekuan karena
pemakaian heparin
-
Perforasi pembuluh
darah
Komplikasi tranfusi tukar
-
Vaskular: emboli udara
atau trombus, trombosis
-
Kelainan jantung:
aritmia, overload, henti jantung
-
Gangguan elektrolit:
hipo/hiperkalsemia, hipernatremia, asidosis
-
Koagulasi: trombositopenia,
heparinisasi berlebih
-
Infeksi: bakteremia,
hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan
-
Lain-lain: hipotermia,
hipoglikemia
Perawatan pasca tranfusi tukar
-
Lanjutkan dengan terapi
sinar
-
Awasi ketat kemungkinan
terjadinya komplikasi
Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12:
a. Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan,
mintakan persetujuan tertulis dari orang tua penderita
b. Bayi jangan diberi minum 3 – 4 jam sebelum tindakan. Bila
tranfusi harus segera dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan
menghisapnya
c. Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat
telah mengering kompres dengan NaCl fisiologis
d. Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin
terutama jika kadar albumin < 2,5 gr/dL. Diharapkan kapasitas ikatan
albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga
resiko kernikterus menurun, kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar
harus segera dilakukan
e. Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain
semua elektrolit, dekstrostik, Hb, hematokrit, retikulosit, trombosit, kadar
bilirubin indirek, albumin, golongan darah, rhesus, uji coombs direk dan
indirek, kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah
f. Koreksi gangguan asam basa, hipoksia, dan hipotermi
sebelum memulai tranfusi tukar
g. Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai
dengan permintaan (cek label darah)
Jumlah Darah Donor yang Dipakai
Jika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mL/kgBB, 100 mL/kgBB,
150 mL/kgBB dan 200 mL/kgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah
sebagai berikut: 45%, 70%, 85-85% dan 90%.
Pemasangan Kateter Vena
Umbilikalis/Abbocath
a. Bayi diletakkan dalam posisi terlentang. Fiksasi lengan dan tungkai, dijaga agar tidak banyak
bergerak (diikat longgar)
b. Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring). Suhu bayi dipertahankan pada suhu optimal
atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanas/sorot
dengan jarak 2 meter
c. Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan
antiseptik, personil yang terlibat langsung harus memakai gaun, sarung tangan,
dan masker steril
d. Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang
akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik, tutup dengan kain steril yang
berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat/ daerah yang akan dipasangkan
abbocath
e. Jika dilakukan melalui vena umbilikalis, bersihkan dengan
betadine 10%, tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasar/kulit abdomen
dengan skalpel/pisau steril
f. Jika tali pusat kering, lunakkan dengan kompres NaCl
fisiologis selama ½ - 1 jam
g. Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai
ukuran bayi, diisi NaCl fisiologis. Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada
darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman, yaitu ujung kateter
sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar
panjang dari bahu kiri/kanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus
ukuran kateter tali pusat). Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli
udara
h. Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan
fiksasi dengan jahitan melingkari kulit/tali pusat diameter 1,5 cm dengan
benang sutra steril
i. Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis, tranfusi
dapat dilakukan di vena saphena magna
j. Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock, bagian depan dengan
selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang
telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan
Pelaksanaan Tranfusi Tukar
a. Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 – 20 mL atau
tergantung berat badan bayi, jangan melebihi 10 % dari perkiraan volume darah
bayi
b. Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep
pada three way stopcock. Jika ada
pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur
dengan darah donor
c. Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara
perlahan-lahan. Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2
mL/kgBB/menit
d. Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik,
agar beredar dalam sirkulasi
e. Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang
sama sampai target transfusi tukar selesai
f. Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk
pada lembaran observasi transfusi tukar
g. Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau
stearat fosfat (ACD/PCD) setiap tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas
10 % intra vena perlahan-lahan. Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium
sebelum tranfusi < 7,5 mg/dL. Bila kadarnya di atas normal maka kalsium
glukonas tidak perlu diberikan. Pemberian larutan kalsium glukonas harus
dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan
timbulnya bradikardi/ cardiac arest.
Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada
pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda
hipokalsemia
h. Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi
dengan neonatal monitoring
i. Setelah transfusi tukar selesai, darah bayi diambil untuk
pemeriksaan pasca transfusi tukar
j. Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang, lakukan
jahitan silk purse string atau ikatan
kantung melingkari vena umbilikalis. Ketika kateter dicabut jahitan yang
mengelilingi tali pusat dikencangkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar