A.
Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus
yang disebut juga leiomioma uteri atau uterine fibroid. Dikenal dua tempat asal
mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Yangada pada serviks uteri
hanya di temukan dalam 3 % sedangkan pada korpus uteri 97 % mioma uteri banyak
terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan
belum pernah dilaporkan bahwa mioma uteri terjadi sebelum menarche
(prawirohardjo, sarwono 1994 ; 281 ).
B.
Etiologi
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang
selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen (Prawirohardjo,
Sarwono 1994 ; 282 ).
C.
Lokalisasi Mioma Uteri
1.
Mioma intramural ; Apabila
tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus.
2.
Mioma Submukosum ; Mioma yang
tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol dalam kavum itu.
3.
Mioma Subserosum ; Mioma yang
tumbuh kearah luar dan menonjol pada permukaan uterus.
D.
Komplikasi
1.
Pertumbuhan lemiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila kalauhal itu terjadi
sesudah menopause
2.
Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.
Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3.
Nekrosis dan Infeksi
Pda mioma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini
kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
E.
Cara Penanganan Mioma Uteri
Indikasi mioma uteri yang diangkat
adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Pada mioma uteri yang masih
kecil khususnya pada penderita yang
mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan
pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun cara
penanganan pada mioma uteri yang peru
diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan
histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.
Tindakan
histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy
and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO )
TAH – BSO adalah
suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii
dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant
neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis ( Tucker, Susan Martin, 1998 ; 606 ).
Dari kedua pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan
insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii
dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam
melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga
tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan
perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan
dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan
pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral
Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a.
Mioma biasanya terjadi pada
usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b.
Makin tua usia maka toleransi
terhadap nyeri akan berkurang
c.
Orang dewasa mempunyai dan
mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat
tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap
jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi
jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun
yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut
adalah :
- Lokasi nyeri :
- Intensitas nyeri
- Waktu dan durasi
- Kwalitas nyeri.
3. Riwayat
Reproduksi
- Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause
- Hamil dan Persalinan
1)
Kehamilan mempengaruhi
pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa
ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2)
Jumlah kehamilan dan anak yang
hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan
kewanitaan.
4. Data
Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat
sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai
perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya
menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan
seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa wanita
merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan
psikologi klien.
5. Status
Respiratori
Respirasi bias meningkat atau
menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau
akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar
merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan
bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien
yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui
pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status
Urinari
Retensi urine paling umum terjadi
setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya
kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine
yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status
Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya
pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
B. Pengelompokan
Data
Analisa data adalah mengkaitkan,
menghubungkan data yang telah diperoleh dengan teori, prinsip yang relevan guna
mengetahui masalah keperawatan klien (Depkes RI 1991 ; 14 )
B.
Diagnose Keperawatan
1)
Gangguan Rsa nyaman (nyeri )
sehubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf yang di tandai
dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah neyeringai.
2)
Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) sehubungan dengan trauma
mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan hematom,
kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3)
Gangguan konsep diri sehubungan
dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam
masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual .
4)
Kurang pengetahuan tentang efek
pembedahan dan perawatan selanjutnya sehubungan dengan salah dalam menafsirkan
imformasi dan sumber imformasi yang kurang benar.
C.
Perencanaan
Perencanaan
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tentukan
dengan tujuan, criteria hasil, rencana tindakan atau intervensi dan rasional
tindakan (Depkes RI 1991 ; 20 ).
Intervensi keperawatan pada diagnose
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kerusakan jaringan otot an
system saraf. :
1)
Kaji tingkat rasa tidak nyaman
sesuai dengan tingkatan nyeri.
2)
Beri posisi fowler atau posisi
datar atau miring kesalah satu sisi.
3)
Ajarkan teknik releksasi
seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk membayangkan sesuatu.Kaji tanda
vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.
4)
Motivasi klien untuk mobilisasi
didni setelah pembedahan bila sudah diperbolehkan.
5)
Laksanakan pengobatan sesuai
indikasi seperti analgesik intravena.
6)
Observasi efek analgetik
(narkotik )
7)
Obervasi tanda vital : nadi
,tensi,pernafasan.
Intervensi
keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi miksi (retensi urine )
sehubungan dengan trauma mekanis, manipulasipembedahan, oedema jaringan
setempat, hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.
1)
Catat poal miksi dan minitor
pengeluaran urine
2)
Lakukan palpasi pada kandung
kemih , observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
3)
Lakukan tindakan agar klien
dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air
keran.
4)
Jika memakai kateter,
perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan baik, monitor intake
autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali dalamsehari, periksa
keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )
5)
Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
6)
Kolaborasi dalam pemberian
dalam pemberian cairan perperental dan obat obat untuk melancarkan urine.
7)
Ukur dan catat urine yang
keluar dan volume residual urine 750 cc perlu pemasangan kateter tetap sampai
tonus otot kandung kemih kuat kembali.
Intervensi
keperawatan pada diagnose keperawatan Ganguan konsep diri sehubungan dengan
kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah
kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
1)
Beritahu klien tentang sispa
saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk mengekpresikan
perasaannya tentang histerektomi
2)
Kaji apakah klien mempunyai
konsep diri yang negatif.
3)
Libatkan klien dalam
perawatannya
4)
Kontak dengan klien sesering
mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.
5)
Memotivasi klien untuk
mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap
diri klien
6)
Berikan dukungan emosional
dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka dan mandi.
7)
Ciptakan lingkungan atau
suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan keluhan-keluhannya.
Intervensi keperawatan
pada diagnose keperawatan Kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka operasi,
tanda-tanda komplikasi, batasan aktivitas, menopause, therapy hormon dan
perawatan selanjutnya sehubungan dengan terbatasnya imformasi.
1)
Jelaskan bahwa tindakan histerektomi
abdominal mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama
untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan memberikan rasa nyeri yang
sangat setelah operasi.
2)
Jelaskan dan ajarkan cara
perawatan luka bekas operasi yang tepat
3)
Motivasi klien melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
4)
Jelaskan efek dari pembedahan
terhadap menstruasi dan ovulasi
5)
Jelaskan aktivitas yang tidak
boleh dilakukan.
6)
Jelaskan bahwa pengangkatan
uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi
7)
Jika klien memakai therapy
estrogen maka ajari klien :
·
Bahwa estrogen itu biasanya
diberikan dengan dosis renda, dengan sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari
kemudian berhenti selama dua hari begitu seterusnya sampai umur menopause.
·
Diskusi tentang rasional
penggunaan therapy yaitu memberikan rasa sehatdan mengurangi resiko
osteoporosis
·
Jelaskan resiko penggunaan
therapy
·
Ajarkan untuk melapor jika
terjadi perubahan sikap ( depresi ), tan da troboplebitis, retensi cairan
berlebihan, kulit kuning,rasa mual/muntah, pusing dan sakit kepala,rambut
rontok, gangguan penglihatan,benjolan pada payudara.
D.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
adalah perwujudan ari rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar
kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatanini dapat
dilaksanakan oleh klien sendiri, oleh perawat secara mandiri maupun
bekerjasama engan tim kesehatan lainnya.
(Depkes RI 1991 ; 28 )
E.
Evaluasi.
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan, sedang tujuan
evaluasi itu sendiri adalah menentukan
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai keberhasilan dari rencana
keperawatan atau asuhan keperawatan ( Depkes RI 1991 ; 31 )
Adapun evaluasi
yang di harapkan pada klien dengan Post TAH-BSO adalah sebagai berikut :
1.
Rasa nyama klien terpenuhi
2.
Pola eleminasi miksi dan
defekasi kembali normal
3.
Klien menunjukkan respon
adaptif
4.
Pengetahuan klien mengenai
keadaan dirinya bertambah
5.
Pola nafas klien kembali
efektif
6.
Klien mengerti mengenai adanya
perubahan seksualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar