KONSEP
PENYAKIT
GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN
DENGAN
KASUS DIARE.
I. DEFINISI
Suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran proses buang air
besar yaitu lebih dari 4 x pada bayi dan lebih dari 3 x pada anak dengan
konsistensi feces encer, dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare dapat dibedakan menjadi :
1.
Diare spesifik, yaitu dapat
diketahui dengan pasti kuman penyebabnya.
2.
Diare non spesifik, yaitu belum
diketahui dengan pasti faktor penyebabnya.
Penyakit diare terutama pada anak / bayi perlu mendapatkan tindakan
cepat karena dapat menyebabkan kematian bila terlambat.
II. ETIOLOGI.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a.
Faktor infeksi.
1. Infeksi internal, antara lain ;
·
Infeksi bakteri ; vibrio
cholera, E colli, shigella, campylo bacter, salmonela,dll.
·
Infeksi virus ; entero virus,
adeno virus, astrovirus,dll.
·
Infeksi parasit ; cacing,
protozoa, jamur.
2.
Infeksi parenteral. Yaitu infeksi yang berasal dari luar saluran pencernaan seperti Otitis media akut
( OMA ), tonsilitis, bronchopeneomonia,encephalitis,dll.
b.
Faktor malabsobsi.
·
Malabsobsi karbohidrat ; disakarida ( intoleransi laktosa, maltrosa,
sakrosa ) dan monosakarida ( intoleransi gluktosa, fruktosa, galaktosa. )
·
Malabsobsi lemak.
·
Malabsobsi protein.
c.
Faktor makanan, misalnya makanan basi,
beracun, alergi, terhadap suatu makanan.
d.
Faktor psikologi, misalnya rasa takut
dan cemas.
III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare :
1.
Gangguan osmotik : Akibat terdapat makanan / zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotok dalam rongga usus
yang berlebihan lalu merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2.
Gangguan sekresi : Akibat adanya rangsangan tertentu misalnya toksin, pada dinding
usus akan terjadi peningkataran sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnyatimbul diare karena terdapat peningkatan isi usus.
3.
Gangguan mobolitas usus : Hiperperistaltik mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare.
|
Kuman malabsobsi
makanan
psikologis
Lemak
protein glukosa alergi / basi asam lambung
|
|
|
|
|
gelisah BB me ubun ubun cekung tonus & turgor selaput lendir
mulut
dan bibir
kering.
|
IV. TANDA DAN GEJALA.
Secara garis besar tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut :
1.
BAB > 3 x dengan konsistensi
cair / encer.
2.
Dapat disertai lendir campur
darah atau warna tinja kehijau – hijauan.
3.
Mual dan muntah
4.
Suhu tubuh meningkat.
5.
Nafsu makan berkurang.
6.
Dehidrasi mulai tampak dengan
gejala turgor jelek, kulit dan selaput lendir kering, berat badan yang menuru,
BAK sedikit / tidak ada, lelah dan lemah, mata cekung, nadi cepat.
7.
Pada diare yang tidak
tertanggulangi dapat mengakibatkan dehidrasi, gejala dan tanda berdasarkan
pembagian derajat dehidrasi.
Tanda & gejala
|
Dehidrasi ringan
|
Dehidrasi sedang
|
Dehidrasi berat
|
Keadaan umum dan takikardi :
* Bayi dan anak kecil
* Anak, besar dan dewasa
|
Haus, sadar dan gelisah
Haus, sadar dan gelisah.
|
Haus, gelisah / letargi tetap iritable.
Haus, sadar, merasa pusing pada perubahan
posisi.
|
Mengantuk, lemas, ekstremitas dingin,
berkeringat, sianosis, mungkin koma.
Seperti tanda diatas disertai kulit jari,
tangan dan kaki keriput, kejang otot.
|
Nadi radialis (1)*
|
Normal
( frekuensi & isi )
|
Cepat dan lemah
|
Cepat, halus kadang tidak teraba.
|
Pernafasan
|
Normal
|
Dalam, mungkin cepat
|
Dalam dan cepat
|
Ubun – ubun besar (2)*
|
Normal
|
Cekung
|
Sangat cekung.
|
Elastisitas kulit (3)*
|
Elastisitas segera kembali
|
Lambat kembali
|
Sangat lambat
|
Mata
|
Normal
|
Cekung
|
Sangat cekung.
|
Sekresi air mata
|
Ada
|
Kering
|
Sangat kering.
|
Selaput lendir (4)*
|
Lembab
|
Kering
|
Sangat kering,
|
Sekresi urien (5)*
|
Normal
|
Berkurang dan berwarna tua
|
Tidak ada urien.
|
TD Sistolik (6)*
|
Normal
|
Normal, rendah
|
< 80 mmHg, mungkin tak teratur.
|
Persentasi Kehilangan cairan
|
4 – 5 %
|
6 – 9 %
|
10 % cairan tubuh
|
Keterangan :
·
Terutama berguna pada bayi
untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.
1.
Bila nadi radialis tidak
teraba, dicatat frekuensi denyut jantung dengan stateskop.
2.
Berguna pada bayi sampai ubun –
ubun menutup pada usia 6 – 18 bulan.
3.
Tidak berguna pada malnutrisi,
marasmus atau obesitas.
4.
Kekeringan mulut dengan jari
yanng bersih, mulut dapat selalu kering
pada anak yang bernafas dengan mulut, juga mulut dapat selalu basah pada
penderita dehidrasi karena muntah atau minum.
5.
Bayi yang marasmus atau mendapat
cairan hipotonik mengeluarkan jumlah urien yang cukup pada keadaan dehidrasi.
6.
Sukar dinilai pada bayi.
Berdasarkan berat jenis plasma :
Bj Plasma yang normal 1,025. Pada dehidrasi berat Bj plasma
meningkat, dengan penentuan derajat dehidrasi ;
* Dehidrasi ringan : 1,025 - 1,028.
* Dehidrasi sedang : 1,028
– 1,032.
* Dehidrasi berat : 1,032 – 1,040.
Dengan mengukur CVP.
Central venus preasure diukur di dalam / dekat atrium dengan
menggunakan cateter, CVP normal : + 4 sampai dengan 11 em H2o. dalam keadaan syok CVP kurang dari + 4 Em H2o.
Cairan tubuh adalah larutan yang etrdiri dari air dan zat – zar
terlarut, zat yang terlarut dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non
elektrolit (protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam organik.).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel – partikel
yang bermuatan listrik yang disebut ion, jika berada dalam larutan. Ion
tersebut adalah ion kation dan ion anion.
Kation Anion
1. Kalium ( K + )
1. Klorida (
Cl )
2. Natrium ( N + ) 2. Bicarbonat ( Hco3)
3. Calcuim ( Ca + ) 3. Posfat ( Po4)
4. Magnesium ( Mg + ) 4. Sulfat ( So4)
5. Protein.
Cairan tubuh terbagi
1. Cairan Intra seluler : 50 % dari BB
2. Cairan Ekstraseluler : 30 % dari BB
3. Plasma darah : 5 % dari BB.
V. INTERVENSI MEDIS
1.
Rehidrasi oral.
Dalam
hal ini bisa dilakukan pada penderita
dehidrasi ringan :
¨
Berikan cairan / minuman yang
bisa diberikan dirumah, misalnya : air tajin, kuah sayur, larutan gula garam.
¨
Berikan makanan yang bergizi,
lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.
¨
Teruskan pemberian asi ( pada
bayi dan anak ) bila ada oralit dapat diberikan dengan dosis pemulihan.
Apabila penderita sudah mengarah ketingkat
dehidrasi sedang, maka dalam hal ini perlu diberikan cairan yang mengandung
natrium dan kalsium. Untuk tujuan ini WHO telah menganjurkan oralit yang dalam
kandungannya terdapat Nacl, Kcl, Na Bicarbonat, dan glukosa.
¨
Bayi < 1 th : 3 jam pertama 1 ½ gelas, ½ gelas tiap mencret.
¨
Umur 1 – 5 th : 3 jam pertama 3
gelas, 1 gelas tiap mencret.
¨
Umur > 5 th : 3 jam pertama 6
gelas, 1½ gelas tiap mencret.
¨
Dewasa : 3 jam
pertama 12 gelas, 2
gelas tiap mencret.
2.
Rehidrasi parenteral.
Hal ini dilakukan bila
penderita sudah mengalami dehidrasi berat, yaitu pemberian cairan Ringer lactat
( RL ) 10 % dari BB dalam 3 – 6 jam
pertama, mula – mula guyur sampai nadi teraba. Kemudian berikan oralit sedikit
demi sedikit setelah penderita dapat minum selanjutnya beri oralit sesuai
tingkatan dehidrasi.
3.
Pemberian obat-obatan.
Sebagian tim medis melakukan
therapy pada penderita dewasa menggunakan golongan obat sebagai berikut :
a.
Kemotherapyka, untuk therapy
kausal. Yaitu untuk memberantas bakteri – bakteri pembangkit, yakni
antibiotika, sulfanamid, furazolin, dan kliokinol.
b.
Obstipansia, untuk therapy
simptomatik.
Yaitu yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara :
¨
Zat – zat yang dapat menekan
peristaltik, candu dan alkaloida derivat petidin (difenoksilat dan loperamida
). Anti kolinergik (atropin, ekstrak beladon).
¨
Adustringesia, yang menciutkan
selaput lendir usus, misalnya ; asam lemak (tanin) dan fanalbumin, garam –
garam bismut dan alumunium.
¨
Adrorbensia, yang dapat
menyerap (absobsi) zat – zat racun yang dihasilkan bakteri (toksin) dan
adakalanya berasal dari makanan, termasuk juga zat lendir pelindung atau yang
menutupi selaput lendir usus dan luka – lukanya, misalnya ; kaolin pektin,
garam bismut dan alumunium.
c.
Spasmolitika.
Yaitu zat yang dapat menekan
kejang – kejang otot yang sering mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara
lain ; papaverin, atropin, dan oksifenonium.
VI. REFERENSI.
1.
A.H. MARKUM. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
FKUI.1991.
2.
NELSON. Ilmu Kesehatan Anak. Bag I. EGC. 1998.
3.
NGARTIAH. Perawatan Anak Sakit. EGC. 1998.
4.
AUDRIANTO. P. Penatalksanaan & Pencegahan Diare Akut.1995.
5.
PRIECE AND WILSON. Patofisiologi . Edisi 4. EGC. 1992.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DIARE
PENGKAJIAN.
1. Aktivitas / Istirahat.
Gejala : Kelemahan,
kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalaman karena diare,
merasa gelisah dan ansietas. Aktivitas mengalami keterbatasan hubungan dengan
efek proses penyakit.
2.
Sirkulasi.
Tanda : Takhikardi
( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri ). TD hipotensi,
kulit, membran mukosa, turgor jelek, kering, lidah pecah – pecah (dehidrasi /
malnutrisi).
3.
Integritas Ego.
Gejala : Ancietas,
ketakutan , emosi, kesal, misalnya ; perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.
Faktor stress, misalnya ; hubungan dengan keluarga, pekerjaan, pengobatan yang
mahal.
Tanda : Menolak,
perhatian, menyempit, depresi.
4.
Eliminasi.
Gejala : Konsistensi
faeces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau lendir / berair,
selanjutnya faeces bercampur darah, tidak dapat diperkirakan hilang timbulnya,
frekuensi sering tidak terkontrol. Perasaan dorongan kram (tenesmus) serta
perdarahan rektal.
Tanda : Menurunnnya
bisisng usus, tidak ada peristalitk yang dapat dirasakan, oliguria.
5.
Makanan / Cairan.
Gejala : Anoreksia,
mual, muntah. Penurunan BB. Tidak toleran terhadap diet / sensitif, misalnya
buah segar / sayur. Produk susu, makanan berlemak.
Tanda : Penurunan
lemak sukutan / masa otot, kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk, membran
mukosa pucat. Luka, inflamasi rongga mulut. Stomatitis menunjukan kekurangan
vitamin.
6.
Hygiene.
Tanda : Ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri, bau badan.
7. Nyeri
/ Kenyamanan.
Gejala : Nyeri
tekan kuadran kanan bawah, titik nyeri berpindah.
Tanda : Nyeri
tekan abdomen / distensi.
8. Keamanan.
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia
hemolitik, vaskulitis artritis (memperburuk gejala) peningkatan suhu tubuh 39 º
– 40 º c ( eksaserbasi akut ). Penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan /
produk susu (mengeluarkan histamin kedala usus dan mempunyai efek inflamasi).
Tanda : Lesi kulit,
mungkin ada, misalnya eritema, nodususm (nyeri tekan, kemerahan dan
membengkak) pada tangan, muka oedema ganggrenosa (lesi tekan purulen / lepuh
dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki ankilosa spondilitis.
9. Seksualitas.
Gejala : Frekuensi menurun / menghindari
aktivitas seksual.
10. Interaksi sosial.
Gejala : Masalah
hubungan / peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam sosial.
PEMERIKSAN DIAGNOSTIK.
1.
Contoh faeces ( pemeriksaan
digunakan dalam diagnosa awal dan selama kemajuan penyakit ), terutama yang
mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus, khususnya entamoeba
hystolitika ( tahan aktif ).
2.
Protosigmoidoskopi ;
Memperlihatkan ulkus, edema,
hiperemia an inflamasi 9 akibat infeksi sekunder mukosa dan sub mukosa ). Area
yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus, terjadi pada
85 % pasien.
3.
Sitologi dan biopsi rectal;
membedakan antara proses infeksi dan karsinoma ( terjadi 10 20 x lebih sering
dari pada populasi umum ). Perubahan neoplastik dapat dideteksi juga karakter
infiltrat inflamasi yang disebut juga abses lapisan bawah.
4.
Kolonoskopi. Mengidentifikasi
adesi , perubahan kuman dinding (
menyempit / tak teratur ) menunjukan obstruksi usus.
5.
Darah lengkap. Dapat menunjukan
anemia hiperkronik, leokositosis dapat terjadi khususnya pada kasus berat, atau
komplikasi dan pada pasien dengan therapy steroid.
6.
Kadar besi serum. Rendah karena
kehilangan darah ( diare dengan perdarahan rektal )
7.
Elektrolit. Penurunan karena
kehilangan protein plasma / gangguan fungsi hati.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diare, berhubungan dengan inflamasi usus
ditandai dengan defekasi sering dan cair.
Tujuan jangka pendek :
Terjadi penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.
Tujuan jangka panjang :
Mengidentifikasi / menghindari
faktor penyebab.
Ø Rencana tindakan
1.
Observasi dan catat frekuensi
defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor penceetus.
2.
Tingkatkan tirah baring, beri
alat – alat disamping tempat tidur.
3.
Identifikasi makanan dan cairan
yang menceetuskan diere.
4.
Berikan pemasukan cairan
peroral secara bertahap, hinaari minuman dingin.
Ø Rasionalisasi.
1.
Membantu membedakan penyakit
individu / klien dan mengkaji beratnya episode.
2.
Istirahat menurunkan mobilisasi
usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi. Defekasi bisa terjadi tanpa
tanda dapat tidak terkontrol sehinngga jangkauan terhadap alat tidak jadi
masalah.
3.
Menghindari iritasi dan meningkatkan
istirahat usus.
4.
Memberikan istirahat kolon
dengan menurunkan rangsangan makan dan cairan. Pemberian makanan secara
bertahap mencegah kram dan diare berulang. Cairan dingin dapat meningkatkan
mobilitas usus.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan perubahan absorbsi.
Kemungkinan ditandai dengan
:
·
Penurunan BB, penurunan lemak
subkutan.
·
Bunyi usus hiperaktif.
·
Konjungtiva dan membran mukosa
pucat.
·
Menolak untukmakan.
Tujuan jangka pendek :
Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Tujuan jangka
panjang : Menunjukan BB stabil dengan
nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda malnutrisi,
Ø Rencana tindakan.
1.
Awasi status nutrisi dengan
mengidentifikasi makanan yang
mengiritasi.
2.
Dorong klien untuk melakuakn pembatasan
gerak selama fase sakit akut.
3.
Anjurkan istirahat sebelu makan.
4.
Batasi makanan yang dapat
menyebabakan kram abdomen.
5.
Dorong klien untuk menyatakan
perasaan, masalah makanan atau diet.
Ø Rasionalisasi.
1.
Mengetahui ketidaktoleran jenis
makanan dan mencegah timbulnya dehidrasi.
2.
Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3.
Menurunkan peristaltik dan
meningkatkan selera makan.
4.
Mencegah datangnya seranga
akut.
5.
Keragu-raguan untuk makan,
mungkin diakibatkan oleh takut makan akan mengakibatkan timbulnya gejala.
Resiko tinggi terhadap kekuranganvolume
cairan ; faktor resiko meliputi :
·
Kehilangan banyak dapat terjadi
diare berat, muntah.
·
Status hypermetabolik.
·
Pemasukan terbatas ( mual ).
Tujuan jangka pendek : Masukan dan haluaran hidrasi seimbang.
Tujuan jangka
panjang : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan
keseimbangan makan dan haluaran dengan urien normal dalam konsentrasi / jumlah.
Ø Rencana tindakan.
1.
Awasi masukan dan haluaran,
karakter dan jumlah feces, observasi oliguria.
2.
Awasi tanda vital.
3.
Awasi penurunan turgor kulit
dan membran mukosa.
4.
Catat kelemahan umum /
disritmia jantung.
5.
Timbang BB tiap hari.
Ø Rasionalisasi.
1.
Memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus.
2.
Hypertensi, takhikardi, demam
dapat menunjukan respon terhadap efek kehilangan cairan.
3.
Menunjukan kehilangan cairan
berlebihan / dehidrasi.
4.
Kehilangan cairan berlebihan
dapat menunjukan ketidakseimbangan elektrolit, kalium sangat penting untuk
fungsi tulang dan jantung.
5.
Menentukan indikator cairan dan
status nutrisi dan untuk mengevakuasi keefektifan therapy
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN DIARE AKUT.
3. PENGKAJIAN
I.
BIODATA.
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.
Rian Ramadan.
Umur : 2,9 th.
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : -
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Bamjar
/ Indonesia.
Status perkawinan : -
Alamat : Komp Graha Permai Blok E No I. Banjarbaru.
Tgl masuk RS /
Pusk : 20
– 9 - 2001
Tgl pengkajian : 21
– 9 - 2001
Nomor register : 84
18 55
Dignosa medis : Diare
Akut Dehidrasi Sedang.
B.
IDENTITAS
PENANGGUNG JAWAB.
Nama : Tn. Arlan.
Umur : 32 th.
Jenis kelamin : laki
– laki.
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta.
Agama : Islam
Alamat : Komp Graha Permai Blok E No I. Banjarbaru.
II.
RIWAYAT PENYAKIT.
A.
Keluhan utama.
BAB cair 4 – 6 x,
muntah bila makan.
B.
Riwayat penyakit sekarang.
Satu hari yang
lalu pada tanggal 19-9-01, pasien agak rewel, BAB 2 x konsistensi encer
bercampur lendir , muntah tiap kali
setelah diberi makan & minum. Pagi hari tgl 20-9-01 oleh orang
tuanya px dibawa berobat ke praktek dr. Parlindungan Ringoringo Sp.A. kemudian
disarankan untuk dirawat inapkan di RS. Kemudian jam 10.00 pasien dibawa ke RSU
Banjarbaru.
C. Riwayat penyakit terdahulu.
Pada
umur 1 th px pernah menderita diare, tetapi tidak sampai dirawat inapkan
seperti sekarang.
Riwayat Imunisasi :
1. DPT 1
+ Polio 1 : Pada usia 2
bulan.
2. DPT 2
+ Polio 2 : Pada usia 3
bulan.
3. DPT
3 +
Polio 3 : Pada usia 4 bulan.
4. BCG : Pada usia 5 bulan
5. Campak : Pada usia 9 bulan.
6. Hepatitis
1,2 & 3 : Pada usia 2, 3 dan 5 bulan
III. PEMERIKSAAN FISIK.
A.
Keadaan umum.
Kesadaran :
Komposmentis
Vital sign · TD : - · Temp : 38,9° C.
· Nadi : 100 x / mt · Resp : 32 x / mt.
B.
Kulit.
·
Warna kulit tampak pucat, elastisitas baik.
·
Turgor cepat kembali
·
Kelembaban kulit cukup.
C.
Kepala.
·
Ubun-ubun besar datar menutup, dan tampak cekung.
·
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan
tipis.
·
Distribusi rambur merata
D.
Penglihatan.
·
Mata tampak cekung dan lembab, sekresi air mata
masih ada.
·
Gerakan bola mata simetris, refleks terhadap cahaya
(+)
E.
Penciuman &
Hidung.
·
Bentuk hidung simetris.
·
Pernafasan cuping hidung (+).
·
Penciuman berfungsi baik, dapat menbedakan aroma /
bau.
F. Pendengaran &
Telinga.
·
Bentuk telinga simetris dextra dan sinistra.
·
Tidak terdapat adanya sekret.
·
Pendengaran berfungsi baik, dapat bereaksi positif
bila diajak komunikasi
G. Mulut.
·
Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor.
·
Gusi berwarna merah muda. Tidak terdapat gejala
anemis.
H. Leher.
·
Pulsasi vena jugularis (+) teraba kuat.
·
Tekanan vena jugularis (-).
·
Tidak ada pembatasan gerak leher.
I.
Dada / Pernafasan
/ Sirkulasi.
·
Bentuk simetris. Retraksi dinding dada (+).
·
Fremitus vokal (+) dextra dan sinistra.
·
Bj 1 & Bj 2 tunggal, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan ( whezing & ronchi ).
J.
Abdomen.
·
Bentuk simetris. Kembung (+).
·
Tidak teraba pembesaran hati.
·
Terdengar bunyi timpani (+). Kembung (+).
·
Bising usus meningkat.
K.
Sistem reproduksi.
·
Alat genetalia berfungsi baik, untuk proses
eliminasi.
·
Warna anus tampak kemerahan.
L.
Ekstremitas
atas & bawah.
·
Akral hangat, bentuk tangan simetris dextra dan
sinistra. Jumlah jari lengkap, tidak ada pembatasan gerak ekstremitas atas.
·
Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala oedema.
Ada pembatasan gerak kaki kanan karena adanya pemasangan infus RL 18 tts/mt.
IV.
KEBUTUHAN FISIK,
PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL.
A.
Aktivitas &
Istirahat.
·
Dirumah : Aktifitas anak pada pagi – siang hari bermain
dengan teman sebaya. Istirahat / tidur siang
± 3 jam sehari. Tidur malam ± 8 – 9 jam setiap malam.
·
Di RS : Istirahat / tidur siang ± 1 – 2 jam saja. Tidur malam ± 6 – 7 jam, pasien sering
terbangun tengah malam.
B.
Personal hygiene.
·
Di rumah : Mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari
dibantu oleh orang tua. Ganti baju bisa sampai 4 x sehari.
·
Di RS : Selama di RS pasien tidak dapat mandi hanya
diseka oleh orang tuanya saja. Ganti baju 3 – 4 x sehari.
C.
Nutrisi.
·
Di Rumah : Pola makan 3 x sehari, terdiri dari lauk
dan pauk. Minum air putih 5 – 8 gelas perhari. Minum susu 3 gelas sehari.
·
Di RS : Pola makan bubur biasa 3 x sehari, namun
hanya ½ porsi saja yang
dihabiskan, minum air putih > 4 gelas. Minum susu tidakmau. Nutrisi
parenteral IVFD RL 18 tts / mt
D.
Eliminasi.
·
Sebelum sakit : Eliminasi BAK ± 5 – 6 x sehari.
Eliminasi
BAK ± 1 x sehari
·
Saat Sakit / RS : Eliminasi BAB sering ± 4 – 6 x, konsistensi cair
Eliminasi
BAK ³ 7 x sehari
E.
Sexualitas.
·
Pasien masih berusia 2, 9 th.
F.
Psikososial.
·
Selama di RS pasien selalu ditemani oleh kedua orang
tuanya.
·
Pasien tampak takut kalau melihat perawat
datang ketempatnya.
G.
Spiritual.
·
Pasien beragama Islam.
V.
PROSEDUR
DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN.
A.
Laboratorium.
NO
|
HARI & TANGGAL
|
JENIS PEMERIKSAAN
|
KATEGORI NORMAL
|
HASIL
PEMERIKSAAN
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
· Rontgen
Hasil :……………………..
B.
EKG.
Hasil :…………………….
C.
Pemeriksaan lain
( EEG, USG, CT Scan, dll ).
E. Pengobatan :
·
Ivfd RL 18 tts/mt.
·
Dexamethason Inj 3
x 2,5 mg / IV.
·
Nifural Syr 3
x 1 cth.
·
Puyer Panas 3
x 1 bks.
·
X : D
Inj k/p Temp > 39° C
v ANALISA DATA
No
|
Data Obyektif &
subyektif
|
ETIOLOGI
|
MASALAH |
1.
2.
3.
|
Data subyektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya sewaktu dirumah BAB 2 x,selama di RS > 6
x muntah setiap kali sehabis diberi makan.
Data Obyektif :
~
BAB cair, campur lendir > 6 x.
~
Muntah 4 x.
~
Peristaltik usus meningkat.
~
Temp : 38,3 ° C
~
Pols
: 100 x / mt.
~
Resp
: 32 x / mt.
Data
Subyektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya muntah
setiap kali sehabis makan.
Data Obyektif :
~
Muntah 4 x.
~
Perut kembung (+).
~
Terpasang infus RL 18 tts/mt.
~
Temp : 38,3° C.
~
Pols
: 100 x / mt.
~
Resp
: 32 x / mt.
Data Subyektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mampu menghabiskan makanan bahkan
setiap kali sehabis makan selalu muntah
& tidak mau minum susu.
Data Obyektif :
~
Porsi makan sedikit.
~
Muntah setiap kali sehabis makan
|
Infeksi / imflamasi pada lambung /
usus.
Intake &
Output cairan tidak seimbang.
Penurunan nafsu
makan & gangguan absorbsi serta
metabolisme pencernaan.
|
Diare.
Gangguan
pemenuhan cairan dan elektrolit.
Pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
|
Hari & tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Perencanaan
|
Implementasi
|
||
Tujuan
|
Tindakan
|
Rasionalisasi
|
||||
1
2
3
|
Jum’at.
21-9-01
Jum’at
21-9-01
Jum’at.
21-9-01
|
Diare
berhubungan dengan infeksi / imflamasi pada lambung / usus.
Gangguan
pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake dan output yang
tidak seimbang, ditandai dengan :
~
BAB cair berlendir > 5 x.
~
Muntah setiap diberi makan & minum.
~
Temp : 38,3° C.
~
Pols
: 100 x / mt.
~
Resp
: 32 x / mt.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan adanya gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan, ditandai dengan :
~
Penurunan nafsu makan.
~
Muntah setiap sehabis makan.
|
Jangka
pendek :
Terjadi penurunan
frekuensi defekasi & konsistensi kembali normal.
Jangka panjang :
Mengindentifikasi /
menghindari faktor pemberat
Jangka pendek :
~
Intake cairan terpenuhi.
~
Frekuensi BAB dan muntah berkurang.
~
Tanda vital stabil.
Jangka panjang :
Tidak terjadi kekurangan
volume cairan berlanjut.
Jangka pendek :
~
Porsi makan pasien mulai meningkat.
~
Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien tentang
pentingnya nutrisi.
Jangka
panjang :
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi sesuai dengan BB ideal untuk anak.
|
1.
Observasi dan catat frekuensi
defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
2.
Indentifiaksi makanan dan minuman yang
mencetuskan diare.
3.
Berikan masukan
cairan peroral secara bertahap, hindari minuman dingin.
1. Awasi jumlah dan
tipe masukan cairan, ukur haluaran
dengan adekuat.
2 Monitor tingkat kesadaran, turgor,
kelembaban, kulit dan mukosa mulut.
3. Observasi kelemahan otot umum atau
disritmia jantung.
4. Motivasi orang tua untuk lebih sering
menidurkan anak.
1.
Berikan makanan lembek serta menu bervariasi
sesuai diet yang diberikan.
2.
Anjurkan kepada ibu untuk memberikan makan dalam
porsi sedikit dan sesering mungkin.
3.
Anjurkan kepada ibu agar tetap memberikan susu
yang Low Lactose sesering mungkin.
|
1.
Membantu menbedakan penyakit
pasien dan mengkaji beratnya episode.
2.
Menghindari iritasi dan meningkatkan istirahat usus.
3.
Memberikan istirahat kolon dan menurunkan
rangsangan makanan / cairan secara
bertahap mencegah kram dan diare berulang.
1. Mengganti cairan untuk masukan kalori yang
berdampak pada keseimbangan elektrolit.
2. Mengetahui apakah terjadi gangguan cairan
tubuh.
3
Hidrasi berlebihan dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit, kalium sangat penting untuk fungsi tulang dan
jantung.
4. Meminimalkan kebutuhan kalori &
keringat, memaksimalkan absorbsi pada dinding usus terhadap cairan karena
beban usus yang meningkat.
1.
Membangkitkan selera dan nafsu makan pasien serta
mudah dicerna oleh sistem pencernaan.
2.
Agar tetap mempertahankan kebutuhan nutrisi (tetap seimbang).
3.
Air susu dapat meningkatkan daya tahan &
stamina tubuh pasien.
|
1.
Mengobservasi frekuensi diare
px selama 24 jam pertama dan 24 jam kedua.
2.
Jelaskan kepada orang tua batasan makanan yang
boleh diberikan untuk anak selama fase diare.
3.
Menganjurkan kepada orang tua px untuk memberikan
makan anaknya sedikit demi sedikit ( bertahap )
1. Mengobservasi jumlah cairan yang masuk,
dan keluar, termasuk tetesan infus dan pola eliminasi pasien
2. Observasi tanda vital setiap 6 jam sekali,
termasuk keadaan umum pasien.
3. Observasi aktivitas dan keadaan umum
pasien, apakah ia bersifat pasif ataukah aktif.
4. Menganjurkan kepada orang tua pasien untuk
lebih banyak menidurkan /
mengistirahatkan anaknya.
1.
Menganjurkan kepada ibu untuk membuatkan bubur
selingan yang pernah disukai pasien, namun tanpa serat.
2.
Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan
dalam porsi kecil namun sering.
3.
Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan
anaknya susu, tapi yang Low Lactose (LLM) tanpa gula dan dengan air hangat
sesering mungkin.
|
v CATATAN
PERKEMBANGAN.
No
|
Hari /
|
No Dxn
|
Perkembangan |
paraf
|
1
2.
3.
|
Minggu
23-9-01
Minggu.
23-9-01
Minggu
23-9-01
|
No 1
No 2
No 3
|
S :
Ibu pasien mengatakan Frekuensi BAB anaknya mulai berkurang.
O :
Frekuensi BAB < 4 x
A :
Terjadi penurunan frekuensi defekasi
P :
Teruskan pengobatan dan perawatan pasien.
I :
Kolaborasi dengan medis.
S :
Ibu pasien mengatakan konsistensi
BAB anaknya mulai mengental dan frekuensinya jarang.
O :
Konsistensi feces mengental. Turgor kulit baik cepat kembali.
A :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan berkenjutan.
P :
Pertahankan Intake cairan yang adekuat.
I :
Observasi intake dan cairan infus teruskan.
S :
Ibu pasien mengatakan anaknya mulai mau makan.
O :
Porsi makan pasien dapat menghabiskan
¾ dari porsi yang disediakan. Muntah (-)
A :
Kebutuhan nutrisi tetap seimbang.
P :
Pertahankan intake nutrisi pasien.
I :
Motivasi or-tu px agar tetap mempertahankan intake yang adekuat.
E :
Pasien mampu menunjukan Bebas tanda malnutrisi.
R :
Masalah teratasi.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar