Senin, 23 Februari 2015

Asuhan Keperawatan Diare



KONSEP PENYAKIT
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DENGAN KASUS DIARE.



I.       DEFINISI

Suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran proses buang air besar yaitu lebih dari 4 x pada bayi dan lebih dari 3 x pada anak dengan konsistensi feces encer, dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

Diare dapat dibedakan menjadi :
1.      Diare spesifik, yaitu dapat diketahui dengan pasti kuman penyebabnya.
2.      Diare non spesifik, yaitu belum diketahui dengan pasti faktor penyebabnya.

Penyakit diare terutama pada anak / bayi perlu mendapatkan tindakan cepat karena dapat menyebabkan kematian bila terlambat.

II.    ETIOLOGI.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a.       Faktor infeksi.
1.   Infeksi internal, antara lain ;         
·         Infeksi bakteri ; vibrio cholera, E colli, shigella, campylo bacter, salmonela,dll.
·         Infeksi virus ; entero virus, adeno virus, astrovirus,dll.
·         Infeksi parasit ; cacing, protozoa, jamur.
2.  Infeksi parenteral. Yaitu infeksi yang berasal dari luar  saluran pencernaan seperti Otitis media akut ( OMA ), tonsilitis, bronchopeneomonia,encephalitis,dll.
b.      Faktor malabsobsi.
·         Malabsobsi karbohidrat ;  disakarida ( intoleransi laktosa, maltrosa, sakrosa ) dan monosakarida ( intoleransi gluktosa, fruktosa, galaktosa. )
·         Malabsobsi lemak.
·         Malabsobsi protein.
c.       Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, alergi, terhadap suatu makanan.
d.      Faktor psikologi, misalnya rasa takut dan cemas.


III. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare :
1.       Gangguan osmotik :  Akibat terdapat makanan / zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotok dalam rongga usus yang berlebihan lalu merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2.       Gangguan sekresi : Akibat adanya rangsangan tertentu misalnya toksin, pada dinding usus akan terjadi peningkataran sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnyatimbul diare karena terdapat peningkatan isi usus.
3.       Gangguan mobolitas usus : Hiperperistaltik mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare.




Faktor penyebab

 
 
   


 




Kuman                malabsobsi                                      makanan                    psikologis  
                
 


              Lemak    protein    glukosa                         alergi / basi              asam lambung


 





          


Saluran pencernaan
 
                      



 




           
           

Kekurangan cairan dan elektrolit
 
diare
 
Nafsu makan berkurang
 
Suhu tubuh meningkat
 
                            










gelisah          BB me              ubun ubun cekung      tonus & turgor            selaput lendir
                                                                                                            mulut dan bibir
                                                                                                            kering.
 





                                                                                                                                                                                  


kematian

 
 


                                                                                                                   
IV.  TANDA DAN GEJALA.
Secara garis besar tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut :
1.      BAB > 3 x dengan konsistensi cair / encer.
2.      Dapat disertai lendir campur darah atau warna tinja kehijau – hijauan.
3.      Mual dan muntah
4.      Suhu tubuh meningkat.
5.      Nafsu makan berkurang.
6.      Dehidrasi mulai tampak dengan gejala turgor jelek, kulit dan selaput lendir kering, berat badan yang menuru, BAK sedikit / tidak ada, lelah dan lemah, mata cekung, nadi cepat.
7.      Pada diare yang tidak tertanggulangi dapat mengakibatkan dehidrasi, gejala dan tanda berdasarkan pembagian derajat dehidrasi.



Tanda & gejala
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
Keadaan umum dan takikardi :
*  Bayi dan anak    kecil


* Anak, besar dan dewasa         
        

Haus, sadar dan gelisah


Haus, sadar dan gelisah.


Haus, gelisah / letargi tetap iritable.


Haus, sadar, merasa pusing pada perubahan posisi.


Mengantuk, lemas, ekstremitas dingin, berkeringat, sianosis, mungkin koma.
Seperti tanda diatas disertai kulit jari, tangan dan kaki keriput, kejang otot.
Nadi radialis (1)*
Normal  ( frekuensi & isi )
Cepat dan lemah
Cepat, halus kadang tidak teraba.
Pernafasan
Normal
Dalam, mungkin cepat
Dalam dan cepat
Ubun – ubun besar  (2)*
Normal
Cekung
Sangat cekung.
Elastisitas kulit (3)*
Elastisitas segera kembali
Lambat kembali
Sangat lambat
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung.
Sekresi air mata
Ada
Kering
Sangat kering.
Selaput lendir (4)*
Lembab
Kering
Sangat kering,
Sekresi urien  (5)*
Normal
Berkurang dan berwarna tua
Tidak ada urien.
TD Sistolik    (6)*
Normal
Normal, rendah
< 80 mmHg, mungkin tak teratur.
Persentasi Kehilangan cairan
4 – 5 %
6 – 9 %
10 % cairan tubuh

Keterangan :
·         Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.
1.      Bila nadi radialis tidak teraba, dicatat frekuensi denyut jantung dengan stateskop.
2.      Berguna pada bayi sampai ubun – ubun menutup pada usia 6 – 18 bulan.
3.      Tidak berguna pada malnutrisi, marasmus atau obesitas.
4.      Kekeringan mulut dengan jari yanng bersih, mulut dapat selalu kering  pada anak yang bernafas dengan mulut, juga mulut dapat selalu basah pada penderita dehidrasi karena muntah atau minum.
5.      Bayi yang marasmus atau mendapat cairan hipotonik mengeluarkan jumlah urien yang cukup pada keadaan  dehidrasi.
6.      Sukar dinilai pada bayi.


Berdasarkan berat jenis plasma :
Bj Plasma yang normal 1,025. Pada dehidrasi berat Bj plasma meningkat, dengan penentuan derajat dehidrasi ;
*    Dehidrasi ringan          :           1,025  - 1,028.
*    Dehidrasi sedang         :           1,028 – 1,032.
*    Dehidrasi berat                        :           1,032 – 1,040.


Dengan mengukur CVP.
Central venus preasure diukur di dalam / dekat atrium dengan menggunakan cateter, CVP normal : + 4 sampai dengan 11 em H2o. dalam keadaan syok CVP kurang dari + 4 Em H2o.

Cairan tubuh adalah larutan yang etrdiri dari air dan zat – zar terlarut, zat yang terlarut dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit (protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam organik.).

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel – partikel yang bermuatan listrik yang disebut ion, jika berada dalam larutan. Ion tersebut adalah ion kation dan ion anion.

                Kation                                                         Anion
1.         Kalium        ( K + )                              1.         Klorida        ( Cl )
2.         Natrium       ( N + )                              2.         Bicarbonat   ( Hco3)
3.         Calcuim       ( Ca + )                            3.         Posfat         ( Po4)
4.         Magnesium  ( Mg + )                            4.         Sulfat          ( So4)
                                                                        5.         Protein.
                                                                       


Cairan tubuh terbagi
1. Cairan Intra seluler                    :  50 % dari BB
2. Cairan Ekstraseluler                   :  30 % dari BB
3. Plasma darah                             :    5 % dari BB.




                                                                                                                                                           
V.  INTERVENSI MEDIS
1.      Rehidrasi oral.
Dalam hal ini bisa dilakukan pada penderita  dehidrasi ringan :
¨       Berikan cairan / minuman yang bisa diberikan dirumah, misalnya : air tajin, kuah sayur, larutan gula garam.
¨       Berikan makanan yang bergizi, lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.
¨       Teruskan pemberian asi ( pada bayi dan anak ) bila ada oralit dapat diberikan dengan dosis pemulihan.

Apabila penderita sudah mengarah ketingkat dehidrasi sedang, maka dalam hal ini perlu diberikan cairan yang mengandung natrium dan kalsium. Untuk tujuan ini WHO telah menganjurkan oralit yang dalam kandungannya terdapat Nacl, Kcl, Na Bicarbonat, dan glukosa.
¨       Bayi < 1 th             : 3 jam pertama 1 ½ gelas, ½   gelas tiap mencret.
¨       Umur 1 – 5 th        : 3 jam pertama   3   gelas, 1    gelas tiap mencret.
¨       Umur > 5 th           : 3 jam pertama   6   gelas, 1½ gelas tiap mencret.
¨       Dewasa                 : 3 jam pertama  12  gelas, 2    gelas tiap mencret.

2.      Rehidrasi parenteral.
Hal ini dilakukan bila penderita sudah mengalami dehidrasi berat, yaitu pemberian cairan Ringer lactat ( RL )  10 % dari BB dalam 3 – 6 jam pertama, mula – mula guyur sampai nadi teraba. Kemudian berikan oralit sedikit demi sedikit setelah penderita dapat minum selanjutnya beri oralit sesuai tingkatan dehidrasi.

3.      Pemberian obat-obatan.
Sebagian tim medis melakukan therapy pada penderita dewasa menggunakan golongan obat sebagai berikut :
a.       Kemotherapyka, untuk therapy kausal. Yaitu untuk memberantas bakteri – bakteri pembangkit, yakni antibiotika, sulfanamid, furazolin, dan kliokinol.
b.      Obstipansia, untuk therapy simptomatik.
Yaitu yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara :
¨       Zat – zat yang dapat menekan peristaltik, candu dan alkaloida derivat petidin (difenoksilat dan loperamida ). Anti kolinergik (atropin, ekstrak beladon).
¨       Adustringesia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya ; asam lemak (tanin) dan fanalbumin, garam – garam bismut dan alumunium.
¨       Adrorbensia, yang dapat menyerap (absobsi) zat – zat racun yang dihasilkan bakteri (toksin) dan adakalanya berasal dari makanan, termasuk juga zat lendir pelindung atau yang menutupi selaput lendir usus dan luka – lukanya, misalnya ; kaolin pektin, garam bismut dan alumunium.
c.       Spasmolitika.
Yaitu zat yang dapat menekan kejang – kejang otot yang sering mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain ; papaverin, atropin, dan oksifenonium.

VI. REFERENSI.
     
1.      A.H. MARKUM. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI.1991.
2.      NELSON. Ilmu Kesehatan Anak. Bag I. EGC. 1998.
3.      NGARTIAH. Perawatan Anak Sakit. EGC. 1998.
4.      AUDRIANTO. P. Penatalksanaan & Pencegahan Diare Akut.1995.
5.      PRIECE AND WILSON. Patofisiologi . Edisi 4. EGC. 1992.                        
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DIARE

PENGKAJIAN.

1.      Aktivitas / Istirahat.
Gejala              :     Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalaman karena diare, merasa gelisah dan ansietas. Aktivitas mengalami keterbatasan hubungan dengan efek proses penyakit.

2.      Sirkulasi.
Tanda             :     Takhikardi ( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri ). TD hipotensi, kulit, membran mukosa, turgor jelek, kering, lidah pecah – pecah (dehidrasi / malnutrisi).

3.      Integritas Ego.
Gejala           :     Ancietas, ketakutan , emosi, kesal, misalnya ; perasaan tak berdaya / tidak ada harapan. Faktor stress, misalnya ; hubungan dengan keluarga, pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Tanda           :     Menolak, perhatian, menyempit, depresi.

4.      Eliminasi.
Gejala           :     Konsistensi faeces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau lendir / berair, selanjutnya faeces bercampur darah, tidak dapat diperkirakan hilang timbulnya, frekuensi sering tidak terkontrol. Perasaan dorongan kram (tenesmus) serta perdarahan rektal.
Tanda           :     Menurunnnya bisisng usus, tidak ada peristalitk yang dapat dirasakan, oliguria.

5.      Makanan / Cairan.
Gejala           :     Anoreksia, mual, muntah. Penurunan BB. Tidak toleran terhadap diet / sensitif, misalnya buah segar / sayur. Produk susu, makanan berlemak.
Tanda           :     Penurunan lemak sukutan / masa otot, kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat. Luka, inflamasi rongga mulut. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin.

6.      Hygiene.
Tanda             :     Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.

7.     Nyeri /  Kenyamanan.
Gejala             :    Nyeri tekan kuadran kanan bawah, titik nyeri berpindah.
Tanda             :    Nyeri tekan  abdomen / distensi.

8.     Keamanan.
  Gejala             :    Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis artritis (memperburuk gejala) peningkatan suhu tubuh 39 º – 40 º c ( eksaserbasi akut ). Penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan / produk susu (mengeluarkan histamin kedala usus dan mempunyai efek inflamasi).
        Tanda             :    Lesi kulit,  mungkin ada, misalnya eritema, nodususm (nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka oedema ganggrenosa (lesi tekan purulen / lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki ankilosa spondilitis.
9.   Seksualitas.
                           Gejala        :           Frekuensi menurun / menghindari aktivitas seksual.

10.  Interaksi sosial.
Gejala        :          Masalah hubungan / peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam sosial.



PEMERIKSAN DIAGNOSTIK.

1.      Contoh faeces ( pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama kemajuan penyakit ), terutama yang mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus, khususnya entamoeba hystolitika ( tahan aktif ).
2.      Protosigmoidoskopi ; 
Memperlihatkan ulkus, edema, hiperemia an inflamasi 9 akibat infeksi sekunder mukosa dan sub mukosa ). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus, terjadi pada 85 %  pasien.
3.      Sitologi dan biopsi rectal; membedakan antara proses infeksi dan karsinoma ( terjadi 10 20 x lebih sering dari pada populasi umum ). Perubahan neoplastik dapat dideteksi juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut juga abses lapisan bawah.
4.      Kolonoskopi. Mengidentifikasi adesi , perubahan kuman dinding  ( menyempit / tak teratur ) menunjukan obstruksi usus.
5.      Darah lengkap. Dapat menunjukan anemia hiperkronik, leokositosis dapat terjadi khususnya pada kasus berat, atau komplikasi dan pada pasien dengan therapy steroid.
6.      Kadar besi serum. Rendah karena kehilangan darah ( diare dengan perdarahan rektal )
7.      Elektrolit. Penurunan karena kehilangan protein plasma / gangguan fungsi hati.


DIAGNOSA KEPERAWATAN.

Diare, berhubungan dengan inflamasi usus ditandai dengan defekasi sering dan cair.

Tujuan jangka pendek  :  Terjadi penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.
Tujuan  jangka panjang   :    Mengidentifikasi  / menghindari faktor penyebab.

Ø  Rencana tindakan
1.      Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor penceetus.
2.      Tingkatkan tirah baring, beri alat – alat disamping tempat tidur.
3.      Identifikasi makanan dan cairan yang menceetuskan diere.
4.      Berikan pemasukan cairan peroral secara bertahap, hinaari minuman dingin.

Ø  Rasionalisasi.
1.      Membantu membedakan penyakit individu / klien dan mengkaji beratnya episode.
2.      Istirahat menurunkan mobilisasi usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi. Defekasi bisa terjadi tanpa tanda dapat tidak terkontrol sehinngga jangkauan terhadap alat tidak jadi masalah.
3.      Menghindari iritasi dan meningkatkan istirahat usus.
4.      Memberikan istirahat kolon dengan menurunkan rangsangan makan dan cairan. Pemberian makanan secara bertahap mencegah kram dan diare berulang. Cairan dingin dapat meningkatkan mobilitas usus.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan perubahan absorbsi.
Kemungkinan ditandai dengan :
·         Penurunan BB, penurunan lemak subkutan.
·         Bunyi usus hiperaktif.
·         Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
·         Menolak untukmakan.

Tujuan jangka pendek    :  Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Tujuan jangka panjang   : Menunjukan BB stabil dengan nilai laboratorium normal dan   tidak ada      tanda malnutrisi,


Ø  Rencana tindakan.
1.      Awasi status nutrisi dengan mengidentifikasi  makanan yang mengiritasi.
2.      Dorong klien untuk melakuakn pembatasan gerak selama  fase sakit akut.
3.      Anjurkan istirahat sebelu  makan.
4.      Batasi makanan yang dapat menyebabakan kram abdomen.
5.      Dorong klien untuk menyatakan perasaan, masalah  makanan atau diet.

Ø  Rasionalisasi.
1.      Mengetahui ketidaktoleran jenis makanan dan mencegah timbulnya dehidrasi.
2.      Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3.      Menurunkan peristaltik dan meningkatkan selera makan.
4.      Mencegah datangnya seranga akut.
5.      Keragu-raguan untuk makan, mungkin diakibatkan oleh takut makan akan mengakibatkan timbulnya gejala.




Resiko tinggi terhadap kekuranganvolume cairan ; faktor resiko meliputi :
·         Kehilangan banyak dapat terjadi diare berat, muntah.
·         Status hypermetabolik.
·         Pemasukan terbatas ( mual ).

Tujuan jangka pendek   :  Masukan  dan haluaran hidrasi seimbang.
Tujuan jangka panjang  :  Mempertahankan volume cairan adekuat dengan keseimbangan makan dan haluaran dengan urien normal dalam konsentrasi / jumlah.


Ø  Rencana tindakan.
1.      Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feces, observasi oliguria.
2.      Awasi tanda vital.
3.      Awasi penurunan turgor kulit dan membran mukosa.
4.      Catat kelemahan umum / disritmia jantung.
5.      Timbang BB tiap hari.


Ø  Rasionalisasi.
1.      Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus.
2.      Hypertensi, takhikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap efek kehilangan cairan.
3.      Menunjukan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi.
4.      Kehilangan cairan berlebihan dapat menunjukan ketidakseimbangan elektrolit, kalium sangat penting untuk fungsi tulang dan jantung.
5.      Menentukan indikator cairan dan status nutrisi dan untuk mengevakuasi keefektifan therapy



































                                   





ASUHAN  KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIARE AKUT.



3.      PENGKAJIAN
I.             BIODATA.
A.           IDENTITAS PASIEN
Nama                           :     An. Rian Ramadan.
Umur                           :     2,9 th.
Jenis kelamin               :     laki-laki
Pendidikan                   :     -
Agama                         :     Islam.
Suku / Bangsa              :     Bamjar / Indonesia.
Status perkawinan        :     -
Alamat                         :     Komp Graha Permai Blok E No I. Banjarbaru.
Tgl masuk RS / Pusk    :     20 – 9 - 2001
Tgl pengkajian             :     21 – 9 - 2001
Nomor register             :     84 18 55
Dignosa medis             :     Diare Akut Dehidrasi Sedang.


B.           IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB.
Nama                           :     Tn. Arlan.
Umur                           :     32 th.
Jenis kelamin               :     laki – laki.
Pendidikan                   :     SLTA
Pekerjaan                     :     Wiraswasta.
Agama                         :     Islam
Alamat                         :     Komp Graha Permai Blok E No I. Banjarbaru.


II.          RIWAYAT PENYAKIT.
A.           Keluhan utama.
BAB cair 4 – 6 x, muntah bila makan.


B.           Riwayat penyakit sekarang.
Satu hari yang lalu pada tanggal 19-9-01, pasien agak rewel, BAB 2 x konsistensi encer bercampur lendir , muntah tiap kali  setelah diberi makan & minum. Pagi hari tgl 20-9-01 oleh orang tuanya px dibawa berobat ke praktek dr. Parlindungan Ringoringo Sp.A. kemudian disarankan untuk dirawat inapkan di RS. Kemudian jam 10.00 pasien dibawa ke RSU Banjarbaru.
  

               C.      Riwayat penyakit terdahulu.
                                    Pada umur 1 th px pernah menderita diare, tetapi tidak sampai dirawat inapkan seperti sekarang.


                        Riwayat Imunisasi :
                                    1.         DPT 1  +  Polio 1         :           Pada usia 2 bulan.
                                    2.         DPT 2  +  Polio 2         :           Pada usia 3 bulan.
3.                     DPT 3  +  Polio 3   :           Pada usia 4 bulan.
4.                     BCG                      :           Pada usia 5 bulan
5.                     Campak                 :           Pada usia 9 bulan.
6.                     Hepatitis 1,2 & 3   :           Pada usia 2, 3 dan 5 bulan



III.       PEMERIKSAAN FISIK.
A.           Keadaan umum.
Kesadaran        :     Komposmentis      
Vital sign         ·    TD    : -                                    ·    Temp   : 38,9° C.
                        ·    Nadi  :  100 x / mt                    ·    Resp   : 32 x / mt.                  
B.           Kulit.
·         Warna kulit tampak pucat, elastisitas baik.
·         Turgor cepat kembali
·         Kelembaban kulit cukup.

C.           Kepala.
·         Ubun-ubun besar datar menutup, dan tampak cekung.
·         Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan tipis.
·         Distribusi rambur merata

D.           Penglihatan.
·         Mata tampak cekung dan lembab, sekresi air mata masih ada.
·         Gerakan bola mata simetris, refleks terhadap cahaya (+)

E.           Penciuman  &  Hidung.
·         Bentuk hidung simetris.
·         Pernafasan cuping hidung (+).
·         Penciuman berfungsi baik, dapat menbedakan aroma / bau.
              
               F.      Pendengaran   &  Telinga.
·         Bentuk telinga simetris dextra dan sinistra.
·         Tidak terdapat adanya sekret.
·         Pendengaran berfungsi baik, dapat bereaksi positif bila diajak komunikasi

               G.     Mulut.
·         Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor.
·         Gusi berwarna merah muda. Tidak terdapat gejala anemis.

               H.     Leher.
·         Pulsasi vena jugularis (+) teraba kuat.
·         Tekanan vena jugularis (-).
·         Tidak ada pembatasan gerak leher.

I.             Dada / Pernafasan / Sirkulasi.
·         Bentuk simetris. Retraksi dinding dada (+).
·         Fremitus vokal (+) dextra dan sinistra.
·         Bj 1 & Bj 2 tunggal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ( whezing & ronchi ).

J.            Abdomen.
·         Bentuk simetris. Kembung (+).
·         Tidak teraba pembesaran hati.
·         Terdengar bunyi timpani (+). Kembung (+).
·         Bising usus meningkat.

K.          Sistem reproduksi.
·         Alat genetalia berfungsi baik, untuk proses eliminasi.
·         Warna anus tampak kemerahan.

L.           Ekstremitas atas  &  bawah.
·         Akral hangat, bentuk tangan simetris dextra dan sinistra. Jumlah jari lengkap, tidak ada pembatasan gerak ekstremitas atas.
·         Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala oedema. Ada pembatasan gerak kaki kanan karena adanya pemasangan infus RL 18 tts/mt.



IV.        KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL.

A.           Aktivitas  &  Istirahat.
·         Dirumah  : Aktifitas anak pada pagi – siang hari bermain dengan teman sebaya. Istirahat / tidur siang  ±  3 jam sehari. Tidur malam ±  8 – 9 jam setiap malam.
·         Di RS      :  Istirahat / tidur siang ±  1 – 2 jam saja. Tidur malam ± 6 – 7 jam, pasien sering terbangun tengah malam.                                                


B.           Personal  hygiene.
·         Di rumah   :     Mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari dibantu oleh orang tua. Ganti baju bisa sampai 4 x sehari.
·         Di RS         :     Selama di RS pasien tidak dapat mandi hanya diseka oleh orang tuanya saja. Ganti baju 3 – 4 x sehari.                                         


C.           Nutrisi.
·         Di Rumah  :     Pola makan 3 x sehari, terdiri dari lauk dan pauk. Minum air putih 5 – 8 gelas perhari. Minum susu 3 gelas sehari.
·         Di RS         :     Pola makan bubur biasa 3 x sehari, namun hanya ½ porsi saja yang dihabiskan, minum air putih > 4 gelas. Minum susu tidakmau. Nutrisi parenteral  IVFD  RL 18 tts / mt



D.           Eliminasi.
·         Sebelum sakit  :     Eliminasi BAK ±   5 – 6 x sehari.
                                                            Eliminasi BAK ±   1 x sehari
·         Saat Sakit / RS :     Eliminasi BAB sering  ±  4 – 6 x, konsistensi cair
                                                            Eliminasi BAK  ³ 7 x sehari

E.           Sexualitas.
·         Pasien masih berusia 2, 9 th.

              
F.            Psikososial.
·         Selama di RS pasien selalu ditemani oleh kedua orang tuanya.
·         Pasien tampak takut kalau melihat perawat datang  ketempatnya.


G.          Spiritual.
·         Pasien beragama Islam.


V.           PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN.
A.           Laboratorium.
     

NO
HARI  & TANGGAL
JENIS PEMERIKSAAN
KATEGORI NORMAL
HASIL PEMERIKSAAN
-
-
-
-
-


·   Rontgen
Hasil                :……………………..


B.           EKG.
Hasil                :…………………….


C.           Pemeriksaan lain ( EEG, USG, CT Scan, dll ).


               E.      Pengobatan     :
·         Ivfd RL 18 tts/mt.
·         Dexamethason Inj  3 x 2,5 mg / IV.
·         Nifural Syr             3 x 1 cth.
·         Puyer Panas           3 x 1 bks.
·         X : D  Inj  k/p  Temp > 39° C
     

                                                           

v  ANALISA  DATA     



No
Data Obyektif & subyektif
ETIOLOGI

MASALAH

1.














2.













3.
Data subyektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya  sewaktu dirumah BAB 2 x,selama di RS > 6 x muntah setiap kali sehabis diberi makan.

Data Obyektif :
~        BAB cair, campur lendir > 6 x.
~        Muntah 4 x.
~        Peristaltik usus meningkat.
~        Temp  :  38,3 ° C
~        Pols    :  100 x / mt.
~        Resp   :  32 x / mt.


Data Subyektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya muntah setiap kali sehabis makan.

Data Obyektif :
~        Muntah 4 x.
~        Perut kembung (+).
~        Terpasang infus RL 18 tts/mt.
~        Temp  :  38,3° C.
~        Pols    :  100 x / mt.
~        Resp   :  32  x / mt.


Data Subyektif :
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mampu menghabiskan makanan bahkan setiap kali sehabis makan selalu muntah  & tidak mau minum susu.

Data Obyektif :
~        Porsi makan sedikit.
~        Muntah setiap kali sehabis makan


Infeksi / imflamasi pada lambung / usus.













Intake & Output cairan tidak seimbang.











Penurunan nafsu makan & gangguan absorbsi  serta metabolisme pencernaan.
Diare.















Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit.











Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

INTERVENSI KEPERAWATAN


NO
Hari & tanggal
Diagnosa keperawatan

Perencanaan
Implementasi
Tujuan
Tindakan
Rasionalisasi
1





















2






























3

Jum’at.
21-9-01




















Jum’at
21-9-01





























Jum’at.
21-9-01

Diare berhubungan dengan infeksi / imflamasi pada lambung / usus.


















Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake dan output yang tidak seimbang, ditandai dengan :
~        BAB cair berlendir     > 5 x.
~        Muntah setiap diberi makan & minum.
~        Temp  :  38,3° C.
~        Pols    :  100 x / mt.
~        Resp   :  32  x / mt.


















Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan adanya gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan, ditandai dengan :
~        Penurunan nafsu makan.
~        Muntah setiap sehabis makan.


Jangka pendek :
Terjadi penurunan frekuensi defekasi & konsistensi kembali normal.

Jangka panjang :
Mengindentifikasi / menghindari  faktor pemberat












Jangka pendek :
~        Intake cairan terpenuhi.
~        Frekuensi BAB dan muntah berkurang.
~        Tanda vital stabil.

Jangka panjang :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan berlanjut.
















Jangka pendek :
~        Porsi makan pasien mulai meningkat.
~        Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien tentang pentingnya nutrisi.

Jangka panjang :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai dengan BB ideal untuk anak.




1.       Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.

2.      Indentifiaksi makanan dan minuman yang mencetuskan  diare.


3.      Berikan masukan  cairan peroral secara bertahap, hindari minuman dingin.





1.   Awasi jumlah dan tipe  masukan cairan, ukur haluaran dengan adekuat.

2    Monitor tingkat kesadaran, turgor, kelembaban, kulit dan mukosa mulut.

3.   Observasi kelemahan otot umum atau disritmia jantung.




4.   Motivasi orang tua untuk lebih sering menidurkan anak.









1.      Berikan makanan lembek serta menu bervariasi sesuai diet yang diberikan.


2.      Anjurkan kepada ibu untuk memberikan makan dalam porsi sedikit dan sesering mungkin.

3.      Anjurkan kepada ibu agar tetap memberikan susu yang Low Lactose sesering mungkin.

1.       Membantu menbedakan penyakit pasien dan mengkaji  beratnya episode.

2.      Menghindari iritasi dan meningkatkan  istirahat usus.



3.      Memberikan istirahat kolon dan menurunkan rangsangan makanan  / cairan secara bertahap mencegah kram dan diare berulang.


1.   Mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
2.   Mengetahui apakah terjadi gangguan cairan tubuh.


3         Hidrasi berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit, kalium sangat penting untuk fungsi tulang dan jantung.

4.   Meminimalkan kebutuhan kalori & keringat, memaksimalkan absorbsi pada dinding usus terhadap cairan karena beban usus yang  meningkat.



1.      Membangkitkan selera dan nafsu makan pasien serta mudah dicerna oleh sistem pencernaan.

2.      Agar tetap mempertahankan kebutuhan nutrisi  (tetap seimbang).



3.      Air susu dapat meningkatkan daya tahan & stamina tubuh pasien.

1.       Mengobservasi frekuensi diare px selama 24 jam pertama dan 24 jam kedua.

2.      Jelaskan kepada orang tua batasan makanan yang boleh diberikan untuk anak selama fase diare.

3.      Menganjurkan kepada orang tua px untuk memberikan makan anaknya sedikit demi sedikit ( bertahap )





1.   Mengobservasi jumlah cairan yang masuk, dan keluar, termasuk tetesan infus dan pola eliminasi pasien

2.   Observasi tanda vital setiap 6 jam sekali, termasuk keadaan umum pasien.

3.   Observasi aktivitas dan keadaan umum pasien, apakah ia bersifat pasif ataukah aktif.




4.   Menganjurkan kepada orang tua pasien untuk lebih banyak menidurkan  / mengistirahatkan anaknya.






1.      Menganjurkan kepada ibu untuk membuatkan bubur selingan yang pernah disukai pasien, namun tanpa serat.

2.      Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan dalam porsi kecil namun sering.


3.      Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan anaknya susu, tapi yang Low Lactose (LLM) tanpa gula dan dengan air hangat sesering mungkin.


v CATATAN  PERKEMBANGAN.


No
Hari /
No Dxn
Perkembangan
paraf
1











2.














3.
Minggu
23-9-01










Minggu.
23-9-01













Minggu
23-9-01
No 1











No 2














No 3
S   :   Ibu pasien mengatakan Frekuensi BAB anaknya mulai berkurang.
O  :   Frekuensi BAB < 4 x
A  :   Terjadi penurunan frekuensi defekasi
P   :   Teruskan pengobatan dan perawatan pasien.
I    :   Kolaborasi dengan medis.

   

S   :   Ibu pasien mengatakan  konsistensi BAB anaknya mulai mengental dan frekuensinya jarang.
O  :   Konsistensi feces mengental. Turgor kulit baik cepat kembali.
A  :   Tidak terjadi kekurangan volume cairan berkenjutan.
P   :   Pertahankan Intake cairan yang adekuat.
I    :   Observasi intake dan cairan infus teruskan.


S   :   Ibu pasien mengatakan anaknya mulai mau makan.
O  :   Porsi makan pasien dapat menghabiskan  ¾  dari porsi yang disediakan.           Muntah  (-)  
A  :   Kebutuhan nutrisi tetap seimbang.
P   :   Pertahankan intake nutrisi pasien.
I   :   Motivasi or-tu px agar tetap mempertahankan intake yang adekuat.
E  :    Pasien mampu menunjukan Bebas tanda malnutrisi.
R  :   Masalah teratasi.


                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar