Senin, 23 Februari 2015

Askep Thromboflebitis Pasca Partum



BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2 - 37,8oC oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal (Rustam Muchtar, 1998).
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC atau lebih selama 2 hari. Da;am 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari petama. Suhu diukur 4x sehari secara oral (dari mulut) (Adele Pillitteri, 2007).
Beberapa faktor predisposisi.
1)                  Kurang gizi atau nutrisi
2)                  Anemia .
3)                  Higiene
4)                  Kelelahan
5)                  Proses persalinan bermasalah;
a.       Partus lama / macet
b.      Korioamnionitis
c.       Persalinan traumatik
d.      Kurang baiknya pencegahan infeksi
e.       Manipulasi yang berlebihan
f.        Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas(Abdul Bari SAifudin, dkk., 2002).
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri)
1)      Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2)      Staphylococcus aureus
3)      Escherichia coli
Cara terjadinya infeksi:
a.       Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada didalam rongga rahim.
b.      Alat-alat yang tidak suci hama.
c.       Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain.
Klasifikasi infeksi :
Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium
Infeksi yang menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).
B.     TUJUAN PENULISAN
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini juga kami tulis sebagai literatur bagi penyelesaian masalah keperawatan pada ibu nifas dengan komplikasi flebitis.


BAB II
ISI
1.      Pengertian
Pada ibu nifas sering kali ditemukan komplikasi berupa flebitis. Flebitis merupakan peradangan atau inflamasi pada pembuluh darah balik atau pembuluh darah vena. Yang paling sering ditemukan adalah tromboflebitis. Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

2.      Klasifikasi
Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       Pelvio tamboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
b.      Tomboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. (Abdul Bari SAifudin, dkk., 2002)
3.      Etiologi
a.          Perluasan infeksi endometrium
b.         Mempunyai varises pada vena
c.          Obesitas  Pernah mengalami tramboflebitis
d.         Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
e.          Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
(Adele Pillitteri, 2007)
4.      Tanda dan Gejala
a.       Pelvio Tromboflebitis
1)   Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2)   Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a)    Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b)   Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
c)    Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan.
d)   enderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
3)   Abses pada pelvis
4)    Gambaran darah
a)      Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b)      Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5.    Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
b.      Tromboflebitis femoralis
1)   Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2)   Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a)    Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b)   Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
c)    Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d)   Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e)    Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f)       Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles(tanda homan positif)
ASKEP TROMBOFLEBITIS PASCA PARTUM

I.            Pengkajian
·        Aktivitas
:
Riwayat duduk lama, imobilitas
·        Sirkulasi
:
Varises vena sedikit meningkatkan frekuensi vena, riwayat   trombosit vena, hiper kongulabilitas pnerperium.
·        Makanan
:
           Penambahan berat badan berlebihan / kegemukan.
            Suplai ASI kadang – kadang berkurang pada keadaan menyusui
·        Seksualitas
:
Multipara
II.            Diagnosa keperawatan
1.      Perubahan per fusi jaringan b/d edema, eritema.
Tujuan :
-       Pengisian kapiler adekuat.
-       Penurunan edema dan eritema.
Intervensi :
-       Anjurkan tirah baring.
-       Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda homern.Anjurkan untuk meningkatkan telapak kaki dengan kaki bawah diatas ketinggian jantung.
-       Lakukan ambulasi, progresif setelah fase akut.
-       Berikan kompres hangat, lembab pada ekstemilasi yang sakit.
Rasionalisasi :
-          Meminimlahkan kemungkinan perubahan posisi trombosit dengan menciptakan emboh.
-          Penurunan kapiler dengan tanda human positif menandakan TVD .
-          Mengosongkan vena – vena super final dan tibial dengan cepat dan mempertahankan vena tetap kolaps.
-          Menaikan aliran bank vena membantu mencegah statis.
-          Menaikan sirkulasi kearea, dengan menaikan vasodilasi aliran baik vena dengan resulasi vena
2.      Nyeri akut b/d adanya proses implamasi, sparmevaskuler akumulasi asam laktat.
Tujuan :
·              Menaikan kenyaman.
·              Istirahat dengan tepat.
·              Nyeri hilang.
Intervensi :
·               Kaji tingkat nyeri.
·               Anjurkan tirah baring dengan tepat.
·                Pantau TTV.
·               Tinggikan area sakit d/ berikan ayunan.
·               Kolaborasi pemberian obat – obatan sesuai indikasi (analgetik, (narkotik non narkotik).
·                Beri kompres hangat.

Rasionalisasi
·        Jelasnya arteri, hipoksia, dengan luasnya udem berkenaan dengan terdirinya trobosit pada didnding vena terimlamasi mengimobilisasikan ekstremitar yang sakit untuk menurunkan sensai nyeri berkenaan dengan gerakan otot.
·           Menurunkan ketidaknyaman berkenaan kontraksi otot.
·          Penaikan TTV dapat menandakan penaikan nyeri.
·          Mendorong aliran bahkan vena memudahkan sirkulasi ayunan kaki ini jaga tekanan kaki.
·          Menghilangkan nyeri dengan menggerakan otot.
·          Menaikan vasodiatasi dengan menaikan sirkulasi, merilexan otot, merangsang pelapasan endorferi.
3.      Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan.
Tujuan :
·        mengungkapkan kesadaran tentang perasaan ansietas.
·        ansietas berkurang.
·        menurunkan tanda perilaku seperti gelisah dengan iritabilitas.
Intervensi :
·        berikan HE.
·        pantau TTV.
·        bantu klien d/ merawat diri sendiri dengan bayi
Rasionalisasi :
·        Menurunkan rasa takut, akan ketidaktahuan dan menaikan pembelajaran klien dengan keterbukaan dengan tindakan .
·        Dapat menunjukan perubahan pada tingkat asisietas.
·        Asisietas klien dapat ber Q bia ia menemukan bahwa kebutuhannya terpencil dan bahwa ia mampu mengatasi dan terlibat dengan tugas – tugas keperawatan diri sendiri
4.      Kurang pengetahuan b/d kurang pemajanan informasi.
Tujuan :
·        Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, tindakan pembahasan.
·        Melakukan pemb perilaku yang perlu
Intervensi :
·        Kaji pengetahuan klien tentang proses penyakit
·        Tinjau ulang kegunaan tirah baring
·        Anjurkan tindakan yang aman untuk menghindari trauma
Rasionalisasi
·        Membantu dalam menentukan kebutuhan dengan mengklasifikasikan informasi sebelumnya
·        Konstriksi kontinue dapat merubah atau menaikan perfusi permukaan
·        Perubahan pada proses kogulasi dapat mengakibatkan penaikan kecenderungan pendarahan yang dapat menandakan kebutuhan mengubah terapi anti koagulasi

BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 oC atau lebih selama 2 hari. Da;am 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari petama. Suhu diukur 4x sehari secara oral (dari mulut) (Adele Pillitteri, 2007).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah.
Tanda dan Gejala dari trombo flebitis adalah :
a.          Perluasan infeksi endometrium
b.         Mempunyai varises pada vena
c.          Obesitas  Pernah mengalami tramboflebitis
d.         Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
e.          Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
(Adele Pillitteri, 2007)
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul antara lain :
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d edema
2.      Nyeri akut b/d adanya proses implamasi, sparmevaskuler akumulasi asam laktat.
3.      Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan.
4.      Kurang pengetahuan b/d kurang pemajanan informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Damar, Andianto.2009.Makalah Kesehatan Ibu Nifas. Tersedia dalam www.anakciremai.com.
Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC
Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of America : the mcGraw hill companies
JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183
JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan persalinan Normal. Jakarta
Pusdiknakes. 2003. Konsep asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta
R Sweet, Betty. 1997. Mayes Midwifery A Textbook for Midwives Twelf Edition. UK:Balliere Tindal
Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal M-25 — M-32
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett Publishers
Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

1 komentar:

  1. terimakasih banyak udah share... :)

    http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/

    BalasHapus