LAPORAN
PENDAHULUAN
KETUBAN
PECAH DINI
1.
Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
sebelum dimulainya tanda persalinan (Manuaba, 1998). Ketuban
pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan
yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai
37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
2.
Etiologi
a. Persalinan premature
b. Malposisi
atau malpresentasi janin
c. Faktor yang
mengabitkan kerusakan serviks
1. Pemakaian
alat-alat pada serviks sebelumnya (aborsi terapeutik, dan sebagainya)
2. Peningkatan
paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran sebelumnya
d. Riwayat KPD
sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
e. Kelebihan
berat badan sebelum kehamilan
g. Merokok
selama kehamilan
h. Usia ibu
yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda
3.
Patofisiologi
Infeksi dan
inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi
uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1,
factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang
diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan
amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang
masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya
kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban.
4. Pathway
5.
Tanda dan
gejala
Tanda yang
terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
“mengganjal “atau menyambut kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi. (buku asuhan patologi kebidanan, sujiyatini, 2009,hal:14)
6.
Penatalaksanaan
a.
Pencegahan
1. Obati
infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
2. Diskusikan
pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi atau berhenti.
3. Motivasi
untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan
pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada faktor
predisposisi.
b.
Panduan
Mengantisipasi
1. Jelaskan pasien
yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka harus segera
melapor bila ketuban pecah.
2. Kondisi yang
menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
3. Letak kepala
selain vertex
4. Herpes aktif
5. Riwayat
infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
c.
Bila Ketuban
Telah Pecah
1. Anjurkan
pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecahnya
ketuban
2. Bila robekan
ketuban tampak kasar:
a. Saat pasien
berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan dari
vagina.
b. Basahi kapas
asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk mengkaji ferning
dibawah mikroskop.
c. Sebagian
cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji diagnostik
bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan
dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
3. Bila pecah
ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan pemeriksaan
pekulum steril.
a. Kaji nilai
bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b. Lakukan
kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c. Dapatkan
spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide untuk
mengkaji ferning dubawah mikroskop.
4. Bila usia
gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke
dokter.
d.
Penatalaksanaan
Konservatif
1. Kebanyakan
persalinan dimulai dalam 24-72 jam
setelah ketuban pecah.
2. Kemungkinan
infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina, kecuali spekulum
steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
3. Saat
menunggu , tetap pantau pasien dengan
ketat.
4. Ukur suhu
tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan/atau
mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus
diselesaikankan.
5. Observasi
rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan menunjukan adanya
infeksi.
6. Catat bila
ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
e.
Penatalaksaan
Agresif
1. Jel
prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter
2. Mungkin
dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
3. Beberapa
ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai
pemberian pitocin
4. Berikan
cairan per IV, pantau janin
5. Peningkatan
resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
6. Bila
pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi, kaji
nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau
induksi dimulai
7. Periksa
hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
8. Lakukan NST
setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang merupakan salah
satu tanda infeksi
9. Mulai
induksi setelah konsultasi dengan dokter bila:
ü Suhu tubuh
ibu meningkat signifikan
ü Terjadi
takikardia janin
ü Lokia tampak
keruh
ü Iritabilitas
atau nyeri tekan uterus yang signifikan
ü Kultur
vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
ü Hitung darah
lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
f.
Penatalaksanaan
Persalinan Lebih Dari 24 Jam Setelah ketuban Pecah
1. Pesalinan
spontan
ü Ukur suhu
tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
ü Anjurkan
pemantauan janin internal
ü Beritahu
dokter spesialis obstetri dan spesialis
anak atau praktisi perawat neonates
ü Lakukan
kultur sesuai panduan
2. Indikasi
persalinan
ü Lakukan
secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
ü Ukur suhu
tubuh setiap 2 jam
ü Antibiotik :
pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang memberikan 1-2 g
ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai profilakis .
Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin
diperlukan.(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
7.
Pemeriksaan
penunjang
a. Pemeriksaan
laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi, bau dan
PH nya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine
atu secret vagina, Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air
ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu
.1b. mikroskop (tes pakis ), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
b. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun pendekatan
diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana. (buku asuhan patologi
kebidanan, sujiyatini, 2009,hal:16-17)
8.
Komplikasi
Komplikasi
paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat
pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko
kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD praterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi
intrauterine
b. Tali pusat
menumbung
c. Prematuritas
9.
Pengkajian
a. Identitas
ibu
b. Riwayat
penyakit
ü Riwayat
kesehatan sekarang ;ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
ü Riwayat
kesehatan dahulu
1. Adanya
trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
2. Sintesi, pemeriksaan
pelvis dan hubungan seksual
3. Infeksi
vagiana /serviks oleh kuman streptokokus
4. Selaput
amnion yang lemah/tipis
5. Posisi fetus
tidak normal
6. Kelainan
pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek
7. Multiparitas
dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Pemeriksaan
fisik
1. Kepala dan
leher
·
Mata perlu diperiksa dibagian
skelra,konjungtiva
·
Hidung, ada atau tidaknya
pembengkakan konka nasalis. Ada /tidaknya hipersekresi mukosa
·
Mulut :gigi karies/tidak, mukosa
mulut kering dan warna mukosa gigi
·
Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan
tiroid
2. Dada
·
Troraks
Inspeksi: Kesimetrisan dada, jenis pernapasan
toraka abdominal, dan tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernapasan
normal.
Palpasi:
Payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi: Terdengar Bj 1 dan
II di IC kiri/kanan, bunyi napas normal
vesikuler
·
Abdomen
Inspeksi : Ada a/tidak bekas operasi,
striae dan linea
Palpasi: TFU kontraksi ada/tidak, posisi,
kandung kemih penuh/tidak
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
·
Genitalia
Inspeksi: Kebersihan ada/tidaknya
tanda-tanda REEDA (Red, Edema, discharge, approxiamately); pengeluaran air
ketuban (jumlah, warna, bau dan lendir merah muda kecoklatan)
Palpasi : Pembukaan serviks (0-4)
·
Ekstrimitas : Edema, varises ada/tidak.
d. Pemeriksaan
diagnostic
1. Hitung darah
lengkap untuk menentukan adanya anemia,infeksi
2. Golongan
darah dan faktor Rh
3. Rasio lestin
terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas janin
4. Tes ferning
dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban
5. Ultrasonografi
; menentukan usia gestasi ,ukuran janin ,gerakan jantung janin dan lokasi
plasenta.
6. Pelvimetri ;
identifikasi posisi janin
d. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko
tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur infasif, pemeriksaan vagina
berulang dan rupture membrane amniotic
2. Risiko
tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi premature
/tidak matur
3. Ansietas
yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin
4. Risiko
tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi pembedahan, penggunaan
obat tokolitik.
5. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas.
6. Risiko
tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan masukan
cairan
e. Intervensi
Keperawatan
1. Diagnosis 1
: Ansietas yang berhubungan dengaan krisis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal, dan janin transmisi
interpersonal.
Tujuan : Ansietas pada iibu dapat
teratasi
Kriteria hasil :
§ Mengungkapkan
rasa takut pada keselamatan ibu dan janin
§ Mendiskusikan
perasaan tentang kelahiran caesarea
§ Pasien
tampak benar-benar rileks
§ Menggunakan
sumber / system pendukung dengan efektif
Intervensi :
a. Kaji respon
psikologi pada kejadian dan ketersediaan system pendukung
Rasional: makin ibu merasakan
ancaman, makin besar tingkat ansietas.
b. Pastikan
apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan.
Rasional: pada kelahiran caesarea
yang tidak direncanakan, ibu dan pasangan biasanya tidak mempunyai waktu untuk
persiapan psikologi dan fisiologi.
c. Tetap
bersama ibu dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional: membantu transmisi
ansietas interpersonal dan mendemonstrakan perhatian terhadap ibu.
d. Beri
penguatan aspek positif dari ibu dan janin
Rasional : memfokuskan pada
kemungkinan keberhasilan akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan/
actual kedalam prespektif.
e. Anjurkan ibu
dan pasangannya mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan
Rasional : membantu membatasi
perasaan dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaaan ambivalen atau
berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga diri nya karena
perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.
f. Dukung atau
arahkan kembali mekanime koping yang diekspresikan Rasional : mendukung mekanisme
kopin dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan
menurunkan ansietas.
g. Berikan masa
privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai
kenginan ibu.
h. Rasional :
memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun sumber –
sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
2. Diagnosis 2
: Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif pecah
ketuban, kerusakan kulit dan penurunan Hb.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
§ Klien bebas
infeksi
§ Pencapaian
tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi :
a. Tinjau ulang
kondisi factor resiko yang ada sebelumnya.
Rasional : kondisi dasar ibu :
seperti DM dan hemoragi menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan
luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkat resiko kontaminasi
janin.
b. Kaji
terhadap tanda dan gejala infeksi ( misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel
darah putih atau bau / warna secret vagina.
Rasional : pecah ketuban terjadi 24
jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamonitis sebelum mengintervensi
bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
c. Berikan
perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah.
Rasional : membantu mengurangi
resiko infeksi asenden.
KOLABORASI
d. Lakukan
persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol.
Rasional : menurunkan kontaminan
kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca-operatif
e. Dapatkan
kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi
organisme yang meninfeksi dan tingkat keterlibatan.
f. Catat Hb dan
Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahaan.
Rasional : resiko infeksi pasca
melahirkan serta penyembuhan lebih lama bila kadar Hb rendah dan kehilangan
darah berlebihan.
g. Berikan
antibiotic spectrum luas parental pada pra-operasi
Rasional : Antibiotik profilaktik
dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan
pada infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan Penyaki
Kandungan dan KB, Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta.
Mitayani ,2009, Asuhan
Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Errol norwiz,2011, anatomi dan
fisiologi
Geri morgan,2009, obsteri dan
ginekologi panduan praktik, Jakarta EGC.
Sujiyati ,2008, asuhan patologi
kebidanan, jakarta ; Numed.
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban-pecah-dini.html
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban-pecah-dini.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar